Selasa, 01 Maret 2011

HL2

Ide PLTN di Babel Bukan Kontroversial




Jakarta, (13/2)
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Eko Maulana Ali menegaskan, bergulirnya ide pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Babel bukanlah hal yang kontroversial. Melainkan perlunya sosialisasi pemerintah dan pihak terkait dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang keterbatasan listrik di daerah. Penegasan itu disampaikan Eko Maulana Ali menyusul munculnya sikap pro dan kontra di tengah masyarakat.

Menurut Eko, sangatlah wajar adanya pro-kontra terhadap suatu kebijakan yang akan dilakukan mengingat belum dilakukan sosialisasi kebijakan tersebut secara optimal.

Namun ia berharap masyarakat dapat memahami keterbatasan sumber energi nasional untuk pembangkit listrik yang selama ini hanya mengandalkan batu bara dan bahan bakar fosil. Di tengah keprihatinan karena keterbatasan ketersediaan kedua sumber energi nasional tersebut, potensi panas bumi di Indonesia dapat dimanfaatkan.

“Kita harus sama-sama mengakui kekurangan listrik di daerah, bahkan secara nasional. Babel sulit berkembang karena kekurangan listrik. Masa depan bangsa juga bergantung pada energi. Apapun (kebijakan) pasti ada pro dan kontra,” ungkap Eko ketika menjadi salah satu narasumber pada acara Selamat Pagi Nusantara di Studio 7 TVRI Pusat, Jakarta, Kamis 10 Februari 2011 dengan topik PLTN Solusi Krisis Listrik Nasional.

Oleh karenanya, perlu ada gagasan untuk mencari solusi dalam mengatasi krisis listrik, salah satunya melalui gagasan pembangunan PLTN.

Babel, menurutnya, akan dijadikan lokasi pembangunan tersebut karena sebagai daerah pertambangan diketahui Babel juga memiliki kandungan mineral radio  aktif seperti uranium yang bisa dimanfaatkan untuk sumber energi pembangkit listrik.

“Lalu kami gagas ide ini untuk listrik, dan kita usulkan ke Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).
Kemudian ditindaklanjuti oleh BATAN melalui survei dan berbagai kajian ilmiah untuk membangun dua PLTN di Babel, yakni di Mentok, Bangka Barat sebesar 10 ribu megawatt dan di Permis, Bangka Selatan 600 megawatt. Kedua pembangkit ini diharapkan bisa mengatasi krisis listrik di Bangka Belitung,” urai Eko yang hadir bersama Kepala Pusat Pengembangan Energi Nuklir BATAn DR. Ir. Awiek Sarwiyana dan Tim Sosialisasi PLTN Wawan Purwanto.

Pemilihan dua lokasi tersebut berdasarkan hasil study BATAN sejak tahunn 2009. BATAN menilai Babel telah memenuhi 17 syarat untuk membangun PLTN, diantaranya kondisi tanah yang baik dan lokasi berada di dekat pantai. Struktur tanahnya dengan kedalaman 15 meter masih ada batu granit.

Dalam acara live on yang berlangsung sekitar 45 menit, Gubernur Babel Eko Maulana juga mengharapkan masyarakat dapat mendukung rencana pembangunan PLTN untuk kepentingan umum.

Selain akan dimanfaatkan untuk masyarakat Babel, PLTN ini juga bisa diinterkoneksikan dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) Sumatera-Jawa. Dengan demikian, kata Eko, PLTN Babel bisa mengakomodir secara nasional.

“Kami sudah siap dengan sosialisasi, tinggal menunggu kebijakan pemerintah pusat,” pungkasnya seraya menambahkan pemanfaatan nuklir hendaknya tetap diintegrasikan dengan sumber energi lainnya.




Instalasi Limbah
Sementara Kepala Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) Dr. Ir. Awiek Sarwiyana mengakui banyak sekali potensi panas bumi di Indonesia sehingga dapat dikembangkan dan dimanfaatkan minimal lima puluh persen dari ketersediaan yang ada. Ia mengajak semua pihak untuk segera menggunakan energi lain seperti nuklir dalam mengatasi krisis listrik secara nasional.

“Sudah saatnya kita memanfaatkan sumber energi baru dan terbarukan, terutama nuklir. Pemakaian energi nuklir merupakan simbiosis sinergitik dan tidak akan mengkontaminasi pasokan listik ke konsumen,” terangnya.

Terkait keresahan masyarakat terhadap bahaya limbah nuklir, Awiek menyatakan dari 430 unit reaktor nuklir yang beroperasi di dunia, belum ada satupun instalasi untuk pembuangan limbah karena PLTN menghasilkan sangat sedikit limbah.

“Selama berpuluh-puluh tahun ini, belum ada negara yang memiliki instalasi pembuangan limbah nuklir PLTN karena minimnya kuantitas limbah. Sebagai contoh, dari PLTN dengan kapasitas 1000 megawatt, itu hanya menghasilkan limbah sebanyak tiga meter kubik setiap tahun,” tambahnya.

Ia juga memaparkan keunggulan pemanfaatan nuklir sebagai tenaga pembangkit listrik, antara lain kemampuan bertahan unit pembangkit mencapai 60 tahun. Selain itu, pengisian bahan bakar nuklir hanya memakan waktu 12 bulan hingga 18 bulan setiap kali pengisian.

“Perbandingannya dengan batu bara, 20 gram nuklir itu sama dengan 22,5  kwintal batu bara. Jadi sangat ekonomis,” kata Awiek.

Sedangkan Tim Sosialisasi PLTN Wawan Purwanto menyebutkan pemanfaatan nuklir sebagai pembangkit listrik digunakan oleh negara-negara maju di dunia seperti Amerika, Jepang, China. Dari sepuluh negara berpenduduk terbanyak, hanya Indonesia, Bangladesh dan Nigeria yang belum menggunakan nuklir.

“Kita bisa membayangkan, dengan jumlah penduduk kita yang cukup banyak maka kebutuhan energi akan lebih besar, sementara pasokannya tidak mencukupi. PLTN jadi solusi alternatif ke depan,” imbuhnya.

Menurutnya, BATAN sudah melakukan tiga reaktor nuklir percobaan di Jogja, Serpong dan Bandung. Ketiga reaktor percobaan tersebut sangat aman.

“Di Jogja misalnya, walaupun pernah terjadi gempa berkekuatan besar, tapi reaktor nuklir percobaan kita tetap aman,” kata Wawan.

Ditambahkan, pembangunan reaktor nuklir harus tetap mengacu pada ketentuan IAEA (Badan Energi Atom Internasional) atau organisasi khusus PBB di bidang nuklir, salah satunya dengan sistem pengamanan lima lapis dan ketebalan dua meter.

Terhadap rencana pembangunan PLTN di Babel, BATAN bersama Pemprov Babel yang tergabung dalam Delegasi Nuklir Indonesia akan kembali meninjau sejumlah reaktor nuklir di Jepang dan sejumlah negara lainnya. Sebelumnya Gubernur Eko Maulana Ali juga sudah mengunjungi reaktor nuklir di Slovakia dan Slovenia serta berdialog dengan masyarakat setempat untuk mengetahui dampak positif dan negatif PLTN di kedua negara tersebut. (humas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar